VIVAnews - Permasalahan soal layanan BlackBerry yang diusulkan untuk dihentikan sementara di Indonesia, sampai pihak Research In Motion memenuhi seluruh persyaratan yang telah ditandatangani bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, mendorong produsen asal Kanada itu berbicara ke publik.
Dalam keterangan resmi yang diterima VIVAnews, 15 Desember 2011, RIM mengaku telah bekerjasama secara erat dengan pihak berwenang di Indonesia.
Ke depan, RIM menyebutkan, akan terus mendiskusikan peluang-peluang investasi baru di Indonesia yang akan mendukung perkembangan industri software negeri ini. Meski tidak menyebutkan secara rinci soal investasi itu, RIM berjanji akan menyediakan informasi lebih lanjut dalam waktu dekat.
RIM mengklaim, mereka telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Adapun keempat syarat yang ditandatangani pemerintah dan RIM pada 23 September lalu antara lain adalah:
• RIM telah mendirikan lebih dari 50 BlackBerry Expert Center di seluruh Indonesia dan menyediakan layanan purna jual yang baik bagi pelanggan.
• RIM bekerjasama dengan pihak berwajib di Indonesia untuk menyediakan akses ke jaringannya jika terjadi pelanggaran hukum.
• RIM telah menyelesaikan pembangunan network aggregator regional. Operator telekomunikasi lokal kini telah terhubung – dan untuk mengatasi masalah yang disoroti oleh Kominfo – dan mendapatkan jaminan kecepatan transmisi data.
• RIM telah membuat sistem penyaring konten, sesuai dengan permintaan pemerintah Indonesia.
Di sisi lain, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) merekomendasikan kepada pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk menghentikan layanan internet BlackBerry jika tidak memenuhi syarat pembangunan network aggregator di Indonesia, bukan di regional.
"Sekarang bola ada di tangan RIM. Kalau mereka cinta pasar Indonesia, dia harusnya bangun server di sini," ujar salah satu anggota BRTI, Heru Sutadi, saat dihubungi VIVAnews.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar